Sabtu, 14 Februari 2009

PBNU Kritik Film Perempuan Berkalung Sorban

PBNU menyatakan keprihatinannya atas penayangan film Perempuan Berkalung Sorban (PBS) dinilainya mendiskreditkan pesantren

Hidayatullah.com—Sikap keprihatinan NU disampaikan Sekjen PBNU Endang Turmudi baru-baru ini sebagaimana dikutip situs resmi NU, www.nu.or.id. “Pesantren dalam film tersebut digambarkan sangat tidak sesuai dengan realitas, sebagai institusi pendidikan agama yang kolot, anti perubahan dan tertutup,” katanya.

Ia mengaku menonton film ini di sebuah bioskop di Surabaya setelah munculnya kontraversi di media.

Dalam film yang disutradarai oleh Hanung Bramantyo ini, pesantren digambarkan sangat tradisional. Buku-buku yang tidak sesuai dibakar. Perilaku anak kiai yang biasa dipanggil Gus juga digambarkan dengan tampilan kejam terhadap istrinya.

“Pesantren jarang ditampilkan dalam film, lho pas menjadi cerita dalam film, malah digambarkan dengan sangat negatif,” terangnya.

Ia takut gambaran ini akan memberi citra buruk kepada kelompok masyarakat yang selama ini tidak faham dengan dunia pesantren.

Peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) ini memahami seorang seniman berhak untuk berkreasi, namun disisi lain, juga harus menghargai sebuah kultur dengan nilai-nilai yang dimilikinya.

“Kebebasan tidak berarti bisa mendiskreditkan fihak lain dengan seenaknya,” tandasnya.

Sayangnya, sejauh ini belum banyak kalangan pesantren yang berbicara mengenai film ini. Suara paling keras datang dari Imam Besar Masjid Istiqlal, KH Ali Mustofa Ya’kub.

Setelah kesuksesan film Ayat-Ayat Cinta, dunia perfilman nasional banyak mengangkat tema tentang Islam dan pesantren. Selaim PBS, sudah beredar 3Doa3Cinta dan sedang dalam penggarapan adalah Ketika Cinta Bertasbih. [nuoid/www.hidayatullah.com 14 February 2009)

MUI Jabar Haramkan Peringatan Hari Valentin

Umat Islam diharamkan mengikuti peringatan hari kasih sayang atau lebih dikenal dengan sebutan Valentine’s Day yang diperingati setiap tahun pada tanggal 14 Februari.

Pernyataan tersebut disampaikan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Barat, KH Drs Hafidz Utsman, di kantor MUI Jabar, Jalan RE Martadinata No105 Bandung, Jumat.

“Bagi Umat Islam ikut valentine, itu haram,” tegasnya. Ia mengatakan, budaya peringatan valentine ialah budaya yang berasal dari non muslim.

“Valentine itu kan dari budaya luar, dan asal usul valentine itu orang pacaran yang tidak pakai norma agama, jadi kenapa harus orang islam harus meniru budaya itu,” katanya.

Menurut dia, dalam ajaran Islam tidak mengenal peringatan hari kasih sayang, karena Islam memandang setiap hari ialah hari kasih sayang.

Dikatakannya, meskipun mengharamkan perayaan valentine day untuk warga muslim, pihaknya tidak melarang bagi orang non muslim yang akan merayakan hari kasih sayang.

“Kalau ada orang non muslim yang merayakan valentine silahkan saja, selama tidak mengganggu kita (warga muslim),” katanya. (kompas.com, 14/02/09)

Dialog Muslimah Kendari: Telaah Kritis Budaya Valentine Days

HTI-Press. Muslimah Hizbut Tahrir Kota Kendari menggelar Dialog Muslimah “Selamatkan Generasi Dari Bahaya Liberalisme“, Minggu (8/2) di Gedung Islamic Centre Kendari. Kegiatan tersebut dihadiri sekitar 100 Peserta dari berbagai sekolah di Kota Kendari. Kegiatan ini diawali pemutaran film fakta gaya hidup bebas remaja.

Pemerhati Remaja dan Aktivis MHTI Kota Kendari Nida Afifah, SE mengungkapkan keprihatinannya terhadap fenomena Valentine Days yang marak di kalangan remaja muslim. Remaja muslim merayakan Valentine Day dengan memberikan coklat pada kekasih, tukar kado sebagai tanda sayang, bahkan tukar–tukaran pasangan untuk semalam, kemudian melakukan free sex. Akibatnya, merebak penyakit – penyakit berbahaya seperti HIV/AIDS, PMS dan sebagainya di kalangan remaja.

“V’Day simbol kebebasan perilaku. Dengan Valetine Day terjadi penghancuran sistematis generasi muda secara tidak langsung.”

Menurut The Word Book Encyclopdia ’98, V’Days merupakan perayaan lupercelia (dewa masa Romawi Kuno). Pada tahun 496 M Katolik masuk Roma dan Valentine Day menjadi tradisi upacara suci geraja Katolik. Sedangkan menurut The Caholic Encyclopedia vol.XV, Valentine Day merupakan perayaan upacara kematian St.Valentin. Perayaan Valentine Day yang keblablasan ini dapat menyebabkan lost generation.

Guru salah satu SMU yang sekaligus anggota DPD MHTI Sultra itu, Istiqomah, S.Kom, memaparkan tiga poin penyebab kenapa remaja latah ikut–ikutan merayakan V’Day. Pertama, ketiadaan visi hidup dan lemahnya pemahaman remaja mengenai Valentine Day. Kedua, kontrol masyarakat lemah terhadap permasalahan remaja. Ketiga, ketiadaan negara yang mampu menciptakan suasana kondusif, agar remaja tidak melakukan hal–hal terlarang.

“Setiap muslim wajib berkaca terhadap hukum syara’ dalam menyelesaikan permasalahan saat ini,” kata Ustazah Istiqomah.

Tiga poin penting yang harus dilakukan. Pertama, individu harus menyadari hakekat penciptaannya di dunia ini untuk beribadah kepada Allah. Dengan mengkaji Islam, maka seorang remaja akan memahami aturan – aturan apa saja yang diperintahkan Allah dan mengamalkan dalam hidup. Kedua, kontrol masyarakat yang kuat seperti kewajiban berdakwah atau mengingatkan individu–individu menyimpang dari aturan-aturan Islam. Ketiga, negara harus menerapkan aturan Islam secara kaffah atau menyeluruh, sehingga membentuk suasana kondusif individu – individu, supaya tetap menjalankan aturan – aturan Islam kaffah dalam kehidupan keseharian.

Peserta sangat antusias mengikuti acara. Dalam sesi dinamika kelompok semua peserta sepakat memberikan respon atau tanggapan bahwa V’Days tidak ada dalam islam dan remaja muslim tidak boleh ikut – ikutan merayakannya. Allahu Akbar!!!

Senin, 09 Februari 2009

Download Foto-foto Pembantaian Anak-anak Palestina

Download Foto-foto Pembantaian Anak-anak Palestina oleh Tentara Israel

Palestinian kid killed by IsraelBarat dan kaki tangannya kelompok Islam Liberal sering mengidentikkan ummat Islam dengan kekerasan. Sebagai contoh kasus “Kekerasan” di Monas antara FPI dengan Pembela Aliran Sesat Ahmadiyah digembar-gemborkan media massa pro Ahmadiyah selama berminggu-minggu. Padahal kalau kita teliti sama sekali tidak ada korban yang mati di situ.

Tapi di Palestina di mana ratusan ribu warga sipil dibantai termasuk wanita dan anak-anak oleh Israel yang didukung oleh AS, kelompok “Anti Kekerasan” di Indonesia diam seribu basa. Mereka justru dengan tenang bekerjasama dengan Israel dan AS yang justru telah dan sedang membantai ratusan ribu Muslim di Palestina, Iraq, dan Afghanistan. Mereka menikmati kucuran dana dari Israel dengan AS dengan menjadi pengurus Yayasan Yahudi Shimon Peres atau LSM-LSM yang mendangkalkan aqidah ummat Islam.

Berikut foto-foto pembantaian anak-anak Palestina oleh tentara Israel. Silahkan download di:

http://syiarislam.wordpress.com

Minggu, 08 Februari 2009


VALENTINE OH VALENTINE !

Boleh jadi tanggal 14 Pebruari setiap tahunnya merupakan hari yang ditunggu-tunggu oleh banyak remaja, baik di negeri ini maupun di berbagai belahan bumi. Sebab hari itu banyak dipercaya orang sebagai hari untuk mengungkapkan rasa kasih sayang. Itulah hari valentine, sebuah hari di mana orang-orang di barat sana menjadikannya sebagai fokus untuk mengungkapkan rasa kasih sayang.

Dan seiring dengan masuknya beragam gaya hidup barat ke dunia Islam, perayaan hari valentine pun ikut mendapatkan sambutan hangat, terutama dari kalangan remaja ABG. Bertukar bingkisan valentine, semarak warna pink, ucapan rasa kasih sayang, ungkapan cinta dengan berbagai ekspresinya, menyemarakkan suasan valentine setiap tahunnya, bahkan di kalangan remaja muslim sekali pun.

Perayaan Valentine’s Say adalah Bagian dari Syiar Agama Nasrani

Valentine’s Day menurut literatur ilmiyah yang kita dapat menunjukkan bahwa perayaan itu bagian dari simbol agama Nasrani.

Bahkan kalau mau dirunut ke belakang, sejarahnya berasal ari upacara ritual agama Romawi kuno. Adalah Paus Gelasius I pada tahun 496 yang memasukkan upacara ritual Romawi kuno ke dalam agama Nasrani, sehingga sejak itu secara resmi agama Nasrani memiliki hari raya baru yang bernama Valentine’s Day.

The Encyclopedia Britania, vol. 12, sub judul: Chistianity, menuliskan penjelasan sebagai berikut: “Agar lebih mendekatkan lagi kepada ajaran Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi hari perayaan gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati St. Valentine yang kebetulan mati pada 14 Februari (The World Encylopedia 1998).

Keterangan seperti ini bukan keterangan yang mengada-ada, sebab rujukannya bersumber dari kalangan barat sendiri. Dan keterangan ini menjelaskan kepada kita, bahwa perayaan hari valentine itu berasal dari ritual agama Nasrani secara resmi. Dan sumber utamanya berasal dari ritual Romawi kuno. Sementara di dalam tatanan aqidah Islam, seorang muslim diharamkan ikut merayakan hari besar pemeluk agama lain, baik agama Nasrani ataupun agama paganis (penyembah berhala) dari Romawi kuno.

Katakanlah: “Hai orang-orang kafir. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang Aku sembah. Dan Aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang Aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku.” (QS. Al-Kafirun: 1-6)

Kalau dibanding dengan perayaan natal, sebenarnya nyaris tidak ada bedanya. Natal dan Valentine sama-sama sebuah ritual agama milik umat Kristiani. Sehingga seharusnya pihak MUI pun mengharamkan perayaan Valentine ini sebagaimana haramnya pelaksanaan Natal bersama. Fatwa Majelis Ulama Indonesia tentang haramnya umat Islam ikut menghadiri perayaan Natal masih jelas dan tetap berlaku hingga kini. Maka seharusnya juga ada fatwa yang mengharamkan perayaan valentine khusus buat umat Islam.

Mengingat bahwa masalah ini bukan semata-mata budaya, melainkan terkait dengan masalah aqidah, di mana umat Islam diharamkan merayakan ritual agama dan hari besar agama lain.

Valentine Berasal dari Budaya Syirik.

Ken Swiger dalam artikelnya “Should Biblical Christians Observe It?” mengatakan, “Kata “Valentine” berasal dari bahasa Latin yang berarti, “Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat dan Maha Kuasa”. Kata ini ditunjukan kepada Nimroe dan Lupercus, tuhan orang Romawi”.

Disadari atau tidak ketika kita meminta orang menjadi “to be my Valentine”, berarti sama dengan kita meminta orang menjadi “Sang Maha Kuasa”. Jelas perbuatan ini merupakan kesyirikan yang besar, menyamakan makhluk dengan Sang Khalik, menghidupkan budaya pemujaan kepada berhala. Icon si “Cupid (bayi bersayap dengan panah)” itu adalah putra Nimrod “the hunter” dewa matahari.

Disebut tuhan cinta, karena ia rupawan sehingga diburu wanita bahkan ia pun berzina dengan ibunya sendiri. Islam mengharamkan segala hal yang berbau syirik, seperti kepercayaan adanya dewa dan dewi. Dewa cinta yang sering disebut-sebut sebagai dewa Amor, adalah cerminan aqidah syirik yang di dalam Islam harus ditinggalkan jauh-jauh. Padahal atribut dan aksesoris hari valentine sulit dilepaskan dari urusan dewa cinta ini.

Walhasil, semangat Valentine ini tidak lain adalah semangat yang bertabur dengan simbol-simbol syirik yang hanya akan membawa pelakunya masuk neraka, naudzu billahi min zalik.

Semangat valentine adalah Semangat Berzina

Perayaan Valentine’s Day di masa sekarang ini mengalami pergeseran sikap dan semangat. Kalau di masa Romawi, sangat terkait erat dengan dunia para dewa dan mitologi sesat, kemudian di masa Kristen dijadikan bagian dari simbol perayaan hari agama, maka di masa sekarang ini identik dengan pergaulan bebas muda-mudi. Mulai dari yang paling sederhana seperti pesta, kencan, bertukar hadiah hingga penghalalan praktek zina secara legal. Semua dengan mengatasnamakan semangat cinta kasih.

Dalam semangat hari Valentine itu, ada semacam kepercayaan bahwa melakukan maksiat dan larangan-larangan agama seperti berpacaran, bergandeng tangan, berpelukan, berciuman, petting bahkan hubungan seksual di luar nikah di kalangan sesama remaja itu menjadi boleh. Alasannya, semua itu adalah ungkapan rasa kasih sayang, bukan nafsu libido biasa.

Bahkan tidak sedikit para orang tua yang merelakan dan memaklumi putera-puteri mereka saling melampiaskan nafsu biologis dengan teman lawan jenis mereka, hanya semata-mata karena beranggapan bahwa hari Valentine itu adalah hari khusus untuk mengungkapkan kasih sayang.

Padahal kasih sayang yang dimaksud adalah zina yang diharamkan. Orang barat memang tidak bisa membedakan antara cinta dan zina. Ungkapan make love yang artinya bercinta, seharusnya sedekar cinta yang terkait dengan perasan dan hati, tetapi setiap kita tahu bahwa makna make love atau bercinta adalah melakukan hubungan kelamin alias zina. Istilah dalam bahasa Indonesia pun mengalami distorsi parah.

Misalnya, istilah penjaja cinta. Bukankah penjaja cinta tidak lain adalah kata lain dari pelacur atau menjaja kenikmatan seks?

Di dalam syair lagu romantis barat yang juga melanda begitu banyak lagu pop di negeri ini, ungkapan make love ini bertaburan di sana sini. Buat orang barat, berzina memang salah satu bentuk pengungkapan rasa kasih sayang. Bahkan berzina di sana merupakan hak asasi yang dilindungi undang-undang.

Bahkan para orang tua pun tidak punya hak untuk menghalangi anak-anak mereka dari berzina dengan teman-temannya. Di barat, zina dilakukan oleh siapa saja, tidak selalu Allah SWT berfirman tentang zina, bahwa perbuatan itu bukan hanya dilarang, bahkan sekedar mendekatinya pun diharamkan.

Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk. (QS Al-Isra’: 32)

Wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh
(Ust. Ahmad Sarwat, Lc)